Sudah seminggu ini aku tidak bertemu Spirit. Pahal aku berjanji akan menceritakan bagaimana khidmatnya perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang keenam puluh perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang keenam puluh tiga di Instan Negara, tempat yang setiap orang merasa menjadi orang penting di negeri ini bila mendapatkan undangan.
Apakahaku termasuk orang penting di negeri ini? Oh, tentu saja. Karena pentingnya, aku bisa tetap duduk di atas jok sepedaku sambil mengikuti upacara. Seingatku aku hanya sekali meletakkan sepedaku di sampingku selama upacara berlangsung, yakni saat pengibaran bendera duplikat sangsaka merah putih. Aku benar-benar berdiri tegap dalam posisi siap mengikuti gerakan bendera itu inci demi inci hingga mencapai puncak.
Bahkan undanganpun aku buat sendiri dan langsung kuletakkan di dalam hatiku. Tolong hadir ya, tanggal 17 Agustus 2008 bertempat di luar halaman Istana Negara, pokoknya di mana saja yang dibolehkan oleh petugasan pengamanan.
Maka tanpa harus melewati pemeriksaan petugas dan pintu pendeteksi logam,aku bisa menikmati setiap detik dari seluruh rangkaian prosesi upacara yang khidmat itu bersama sopir angkot, penjual tahu sumedang,air mineral, rokok dan sebagainya. Kembali dari tempat upacara, aku melewati jalan-jalan kampung sambil mengayuh sepeda sportku. Umbul-umbul dan pintu gerbang warna-warni menyamarkan perayaan hari kemerdekaan yang telah menumpahkan darah, air mata serta harus merelakan jiwa orang-orang yang tentu sangat dicintai oleh keluarganya.
Untuk memperingati semua itu, diadakan lomba lari di dalam karung, makan kerupuk,sepakbola pakai sarung, bahkan ada yang pakai daster. Malam harinya bahkan ada kampung yang menyelenggarakan pertandingan domino sampai pagi, berhadiah handuk,panci,baju kaos,dan caci maki dari istri yang kurang sabar melihat suaminya pulang pagi tanpa sepotong pun hadiah.
"Kerjaan bodoh,mending di rumah temani aakmu yang semalaman menangis!" Teriak sang Istri yang masih pakai daster karena mungkin semalam berharap bermain bola tapi "bolanya"sedang bermain domino.
"Nggak segitunya kalee! Masak ada anak menangis semalaman!"Timpal sang suami yang yang seharusnya minta maaf dan mengakui kesalahannya.
"Mengapa bisa dimarah ya? Padahal yang di lakukan suaminya kan,katanya bagian dari pengalaman nila-nilai kejuangan pahlawan kemerdekaan?" Gumamku dalam hati sambil menutup ontu pagar. Tidak enak sengaja mendengar pertengkaran tetangga, apalagi masih pagi buta begini.
Aku masuk ke rumah langsung ke dapur mengambil segelas minuman mineral. Aku pasti tidak bisa jogging pagi ini andaikan semalaman ikut bertanding domino bersama tetanggaku yang baru saja pulang pagi tadi. Sebenarnya aku tidak ikut main bukan karena aku mau jogging, tapi aku memang tidak pandai bermain domino. Itu alasan yang jujur.
Aku meletakkan satu gelas air mineral lagi di sampingku yang aky bahwa dari dapur sbelum membuka natebook. Pagi-pagi begini biasanya inspirasi untuk menulis lebih segar. Sambil menunggu sistem operasi Windows menelasikankan tugasna menyiapkan semua menu yang kubutuhkan di layar monitor untuk mulai menulis, akau mengedarkan pandanganku ke sekitarku, berharap Spirit!muncul.
Aku memperhatikan seekor mahkluk bersayap di pinggir atas gelas air mineralku yang tampaknya sedang diam, entah sedang memperhatikan atau menunggu apa. Lagi pula kenapa bercokol di situ padahal itu bukan minuman yang mengandung rasa manis.
Kudekatkan telunjukku untuk mengusirnya, tapi tak bergerak sama sekali. Bahkan ketika ujung telunjukku sudah menyentuhnya, ia malah pindah ke telunjukku. Tentu saja aku penasaran sehingga merasa perlu mendekatkan mahluk kacil itu ke mataku.
"Ha..Ha...Ha..,pangling ya, sobat?" Teriak makhluk kecil itu yang membuatku menjauhkannya dari wajahku. Tapi, siapa lagi mahkluk kecil yang bisa berkomunikasi denganku kalau bukan Spirit?
"Hah!!! Spirit!!!! Apa yang terjadi padamu, spirit!!??" Teriakku tidak percaya melihat Spirit!!??" Teriakku tidak percaya melihat Spirit! bersayap.
"Ah Hanya salah pakai baju,sobat."
"Mungkinkah?"
"Makanya aku mau ceritakan. Tapi sebelumnya aku minta maaf tidak memenuhi janji untuk ikut menghadiri percayaan tujuh belas. Agustus. Soalnya cecak yang di sana itu sempat memangsa tubuhku ketika datang ke meja ini pagi ketika kita janjian pergi bersamaan."
Aku menoleh ke belakang dan kulihat cecak yang mungkin adalah cecak yang sama yang pernah memangsa Spirit! beberapa bulan lalu.
"Lalu?"
"Ya, aku mati lalu ketika hidup lagi aku harus berlatih menggunakan tubuh yang baru ini. Bagaimana sobat, kerenkan?"
"Ya,keren. Setidaknya seperti batman tapi tapi terlihat aneh saja. Soalnya aku jarang melihat semut hitam kecil pakai sayap."Sahutku jujur.
Spirit! terbang meninggalkan telunjukku, berptar-putar sebentar mengitari telunjukku,bersalto,menukik seperti pesawat tempur F16 yang mekakukan antraksi udara kemarin pagi. Seperti ia ingin memamerkan kekuatannya yang baru, lalu Wusshhhh!!!!Wesshh!!!.
Spirit! melakukan manuver gila di depan mataku lalu menghilangkan entah ke mana. Aku berdiri untuk mencarinya dengan memriksa semua bintik hitam yang ada di dinding yang menyerupai semut, tapi aku tak menemukannya.
Samar-samar kudengar lirik lagu yang dinyanyikan oleh suara yang cukup kukenal.....
I believe I can fly...
Kutahu itu suara Spirit! tapi aku tak bisa menemukannya lagi. Bahkan sampai beberapa minggu kemudian, ketika tak ada lagi lomba-lomba, meraha putih sudah diturunkan dari halaman setiap rumah dan umbul-umbul mulai memudar, aku tak menemukan Spirit! lagi.
Sampai beberapa bulan aku menunggu dengan perasaan was-was,dan tiba-tiba aku teringat saat terakhir bertemu beberapa waktu lalu. "Ya,Spirit! mau terbang ke langit... Mungkinkah ia mewujudkan keinginannya setelah mendapatkan kesempatan memperoleh sayap?"Gumamku sambil membayangkan seekor semut kecil terbang di samping pesawat Boeing 737milik maskapai penerbangan kebanggaan bangsa Indonesia, Garuda Indonesia.
"Ya...Garuda Indonesia fly high..."Aku menggumam.
"Ya....Spirit! fly high too!" Aku menoleh ke sekelilingku karena barusan mendengar suara yang sudah sanagt akrab,suara Spirit!
Aku celingukan kesana kemari mencari sumber suara itu, tapi sia-sia. Tak ada tanda-tanda fisik Spirit! ada di sekitarku.
"Kalau kamu mau terbang,kamu hars mengusahakannya,sobat!"Suara itu terdengar lagi, tapi kali ini aku sudah mau mencari sumbernya.
"Mengimpikan sesuatu yang berbeda sambil terus menerus melakukan hal yang sama dari waktu ke waktu adalah suatu kegilaan sobat."
"Hmmm....aku tak mau menjawab sebelum kamu tunjukkan dirimu, Prit" gumamku dengan mulut terkatup rapat merasa dipermainkan oleh Spirit!
Tapi kata-kata Spirit! barusan sepertinya ia tujukan untuk sesuatu yang aku pikirkan beberapa bulan terakhir ini. Mungkinkah semangat kebangsaan dapat tertanam di hati dan sanubari generasi muda Indonesia hanya melalui Lomba lari dalam karung, sepak bola pakai daster,lomba makan kerupuk,lomba lari pakai bakiak, lomba tusuk jarum dan...?
Akan ke mana bangsa ini dengan lomba lari dalam karung..?
Akan kemana negeri ini dengan bermain sepak bola pakai daster?
Dan itu yang dilakukan kebanyakan anak bangsa ini dari tahun ke tahun sementara bangsa ini punya mimpi besar menjadi bangsa yang maju dan bermartabat...
"Tapi lomba lari dalamkarung kan hanya hiburan, sobat. Bukan itu substatansinya,"Suara itu dengar lagi dari relung hatiku sepertinya memancing aku untuk bertanya lebih jauh.
"Tanyalah dirimu, tanyalah rekanmu, presidenmu, menterimu, anggota parlemenmu, pengusahamu,politisimu, kalangan intilektualmu, pemuka agamamu..." Aku masih terdiam mendengar suara Spirit!! Aku sudah berjanji tidak akan berkomentar sebelum ia memperlihatkan batang antenanya.
"....Tanyalah seluruh rakyat di negerimu ini..Apa yang mereka bisa lakukan secara bersama-sama yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya, dari tahun-tahun ssebelumnya yang bisa memastikan negerimu suatu hari nanti benar-benar akan tampil sebagai negeri yang dihormati oleh lain dan bangsamu disegani karena kemajuannya dalam segala bidang di mana kemajuan itu juga menesjahterakan rakyatnya.."
Aku masih terdiam.
"Tapi ingat sibat! Martabat dan kehormatan suatu bangsa bukan ditentukan oleh kemajuan, kekayaan dan kekuatan militernya. Tapi lebih ditentukan oleh sikap hidup, perilaku dan budi pekerti sehari-hari dari seluruh komponen bangsa ini yang kalau dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus akan mengkristal menjadi budaya yang luhur.., budaya yang unggul.."
Aku masih terdiam, tapi menyimak, mengingat dan membenarkan apa yang dikatakan Spirit!
Spirit! masih terus bercoloteh meski tak sedikitpun aku memberikan tanggapan. Kubiarkan ia mengajukan pertanyaan dan menjawabnya sendiri.
Begitulah yang terjadi hari demi hari, bahkan ketika minggu berganti bulan Spirit! masih terus mengajukan pertanyaan, menjawabnya senidiri, menggugat, memprotes dan ketika kuperlukan ia memberi nasehat, pandangan dan bahkan solusi...
Spirit! Ternyata adalah nuraniku...
Berarti setiap dari kita yang masih punya nurani, pasti punya Spirit!!
Spirit!,is aconsience of all mankind !
Spirit,adalah nurani dari setiap umat manusia.
Sumber Referensi
Said,umar.2008.spirit.jakarta:Courage institute