Coulomb's Law


 A French physicist named Charles Augustin Coulomb (1736-1806) was the one who first made an experiment to measure the magnitude of repulsion or attraction between charge by using an instrument called torsion balance. Based on his experiment, Coulomb put forward his statement known as Coulomb’s law that states:

“The force of attraction or repulsion between two electric charges is directly proportional to their charges and inversely proportional to the square of distance between the two charges.”

Mathematically, Coulomb’s law can be stated as follows
Example
1. Two electrically charged bodies lie at a distance of 2 meters from each other. If the first body
    has a  charge of 4 C and the second body has a charge of -6, what is the magnitude of coulomb
    force happening between those two charges?
    Solution
    Given that
 2. Two bodies have charge of -3 x 10-9 C and -6 x 10-9 C each. Both lie at a distance of 10 m away
    from each other. What is the magnitude of Coulomb force between those two charges?
    Solution
    Given that
Reference:
Irawan, Etsa Indra dan Sunardi. 2008. Pelajaran IPA-Fisika Bilingual untuk SMP/MTs. Kelas IX. Bandung: CV.Yrama Widya.

The Sun


The sun is the closest star to the earth in the form of a huge-clump of glowing gas and the shape of which is spherical. The sun is the largest object and the center of our solar system. By the attraction of gravitation owned by the sun, celestial bodies such as planets, asteroids, comets, and satellites can still revolve around the sun in their orbits.


The sun is a celestial body that can emit its own light, therefore the sun is called a light source. The sun is grouped into the stars that that can produce and emit their own light. Meanwhile the characteristics of the sun’s condition are as follows:
The sun with very high core temperature produces energy. The emission of the sun energy happens as the effect of the effect of the presence of chemical reaction in the sun’s core. The chemical reaction that happens is fusion reaction, that is union of hydrogen atom neclei forming helium atom nuclei. The chemical reaction causes the mass of the sun to decrease.
The process is as follows

“Each nucleus of hydrogen makes fusion so the helium nucleus is formed, also 2 positrons (particle similar to electron with positive charge), also energy of 24.7 Mev.”

The amount of sun energy that is emitted every minute is as follows. 


Indikator Pembangunan yang Sukses




Ada enam tolok ukur mengenai keberhasilan pembangunan, yakni;

  1. Rakyat bebas dari kemiskinan dan LPE tinggi.
  2. Rakyat bebas dari kebodohan. Manusia terbedayakan menjadi manusia modal yang produktif dan dapat meningkatkan pendapatan secara mandiri.
  3. Rakyat bebas dari pengangguran.
  4. Negara bebas dari ketergantungan pada ULN.
  5. Negara bebas dari kekurangan devisa mengingat ekspor melebihi impor.
  6. Negara bebas dari kerusakan lingkungan sebab target pembangunan berkesinambungan dicapai.



Referensi:
Sagir, Soeharsono dkk. 2009. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. Jakarta: Kencana.  

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemitraan Bisnis Besar dan UMKMK


Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang paling pertama dan utama di sector rill. Pihak-pihak yang terkait dengan bisnis adalah: 1.Pemilik usaha dan pemegang saham; 2.Konsumen dan pelanggan; 3.Pemasok bahan baku; 4.Pemasar produk; 5.Kreditor BLK (Bank dan Lembaga Keuangan lain); 6.Kompetitoe; 7.Pemerintah; dan 8.Masyarakat lingkungan pabrik dan/atau perusahaan.



Daftar sejumlah factor yang berpengaruh terhadap Kemitraan Bisnis Besar dan UMKMK tersusun atas:
  1. Individual’s excellence, yaitu kemampuan istimewa masing-masing pihak yang bisa digunakan dalam pola usaha macam simbiosis mutualisme.
  2. Importance visioning, yakni keseragaman pandangan dasar terkait perencanaan usaha saat kini untuk penyiapan jalur bisnis masa depan dengan berbekalkan pengalaman waktu lampau.
  3. Interdependency, yaitu kesadaran bahwa masing-masing pihak mau berunding sebab saling tergantung satu dengan yang lain.
  4. Inventory & investment, yakni ketersediaan dan penyertaan modal unik masing-masing pihak untuk digabungkan dalam aktivitas bisnis bersama dengan kesepian responsibility sharing atas aplikasi system bagi hasil.
  5. Intimacy, yaitu kekariban perihal pembagian wewenang, tugas pekerjaan, dan imbal hasil/ balas jasa. Kekariban diharapkan dapat berdampak ke komitmen untuk saling menutupi kelemahan dan menggabungkan kelebihan. Kekariban dapat menjadi sumber demi kekukuhan daya internal dan keterjagaan kepercayaan eksternal.
  6. Interplay; yaitu sama-sama berusaha untuk mewujudkan harapan awal proses lewat tantanan operasional yang integral dan komprehensif.


Perbankan dan Pembangunan


Uang merupakan veriabel ekonomi yang paling umum. Bagi manusia penghasil komoditas, pengorbanan produktivitas kerja pantas terbalas dengan kenikmatan penghasilan. Dan, parameter pokok dari penghasilan ialah uang. Maka, uang berfungsi ibarat pelumas dalam penggerakan mesin perekonomian.
Sebagai lembaga inti yang mengurusi uang, kehadiran perbankan diperlukan dalam perekonomian demi menjaga keseimbangan antara likuiditas uang dengan perputaran komoditas. Hubungan antarpihak ekonomi pun diperantarai oleh bank selaku agen intermediasi pembangunan.

Dari sudut pandang hokum, BI (Bank Indonesia) merupakan insitusi tunggal pemegang kewenangan moneter. BI dibutuhkan terkait penentuan keberadaan dan sumbangsih perbankan pada struktur pembangunan secara kelembagaan. Fungsi inti bank sentral adalah untuk membina dan mengawasi bank.
Pada tataran operasional, bank umum diperintah BI supaya memerhatikan sejumlah rambu-rambu financial tertentu. Contoh rambu tersebut: 
  1. CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity); 
  2. LDR (Loan to Deposit Ratio) dan NPL (Non-Perfoming Loan);
  3. L3;
  4. Konsistensi perbankan sebagai lembaga perantara di tengah hubungan sector riil terhadap sector moneter;
  5. Aktivitas penghimpunan DPK (Dana Pihak Ketiga);
  6. Konsistensi penyalur kredit investasi atas DPK yang berhasil digalang sebelumnya;
  7. Minimisasi informasi asimetris untuk menghindari kredit macet dan; 8) Mekanisme agunan.

Electrik Charge



All matters in this universe are made up of very small atoms. The atoms consist of particles that are positively, negatively, and neutrally charged. Positive charge is called proton, negative charge is called electron, and neutral charge is called neutron.

An atomic nucleus consists of protons and neutrons surrounded by electrons that move continuously. Electrons in the atom can escape or enter into the composition of an atom. If the electrons escape from the composition of an atom, the number protons in the atom is more than the number of electrons, so the atom becomes positively charged. Meanwhile, if the electrons enter to the composition of an atom, the number of protons in the atom is less than the number of electrons, so the atom becomes negatively charged. The atom will have neutral property (uncharged) if the number of protons in the atomic nucleus is equal to the number of electrons that revolve around the atomic nucleus.

It can be concluded that a neutral body can be statically charged by rubbing it. Another example is when a plastic rod is rubbed with a wool, the electrons from the wool move to the plastic rod, so the plastic rod ha excessive electrons. Hence, the plastic rod becomes negatively charged. On the contrary, when a glass rod is rubbed with silk electrons from the glass rod move to the silk, so the glass rod lacks electrons. Accordingly, the glass rod becomes positively charged.

Fundamental Ekonomi Makro Kuat



 Fundamental Makro Kuat dirumuskan sebagai:

“Terdapat laju pertumbuhan ekonomi tinggi, didukung oleh perluasan kesempatan kerja, Perkembangan harga dan nilai tukar terkendali-stabil, neraca pembayaran favorable, deficit APBN tidak terus berlanjut, Utang luar negeri terkendali dan terarah hanya untuk belanja pembangunan dan sector perbankan sehat dan prudent.”

Seba jika pertumbuhan ekonomi, tidak didukung oleh perluasaan kesempatan kerja alias bertambahnya pengangguran, maka tidak terjadi efek multiplier, proses peningkatan pendapatan masyarakat yang berlanjut. Dengan kata lain, setiap kenaikan pendapatan akan mendorong kenaikan konsumsi yang memicu kenaikan produksi, yang akan berdampak terjadinya peluang kesempatan kerja baru.

Peningkatan pendapatan masyarakat tidak berefek kepada kenaikan tenaga beli masyarakat jika dalam waktu yang sama terjadi kenaikan harga barang dan jasa (inflasi) dan kemerosotan nilai tukar rupiah valas (depresiasi Rupiah); atau angka inflasi lebih tinggi daripada kenaikan pendapatan, dan juga angka depresiasi rupiah.

Neraca pembayaran yang tidak favorable menunjukkan kondisi di mana kenaikan ekspor tidak signifikan dalam peningkatan produksi komoditas ekspor yang dapat mendorong perluasan kesempatan kerja dan peningkatan cadangan devisa hasil ekspor. Sedangkan, utang luar negeri yang tidak terarah dan terkendali—karena kenocoran dan penyimpangan pemanfaatan utang dalam anggaran—berdampak pada kondisi keuangan Negara yang tidak sehat dan terpuruk dalam situasi “gali lubang, tutup lubang” atau “debt trap”, terjadinya net negative utang luar negeri, dan nyaris “default” alias tidak mampu membayar kewajiban utang luar negeri jatuh tempo.

Sedangkan kondisi sector Moneter bank yang sehat dan prudent, diartikan tidak terjadi penyimpangan aliran kredit dampak moral hazard. Dan kredit macet, nonperformance jauh lebih tinggi dari 3%, LDR (Nilai Pinjaman Terhadap Simpanan) rendah, bank mengalami kelebihan likuiditas, rambu-rambu perbankan dilanggar, batas maksimum pemberian kredit (BMPK) dilanggar, alokasi kredit untuk unit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak signifikan untuk menggalakkan sector riil, menyerap tenaga kerja yang lebih besar.



Akhlakul Kharima



Sahabat kali ini kita akan membahas tentang akhlakul karimah yang merupakan akhlak yang sudah tertanam didalam diri seorang manusia, untuk mengetahuinya lebih lanjut silahkan simak tulisan dibawah ini
Bersamadakwah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2006), akhlak berarti perbuatan, kelakuan, tabiat, dan atau tingkah laku. Sedangkan karimah berarti terpuji, mulia, dan atau baik. Akal dan nurani seorang setiap manusia dapat dilihat melalui kelakuan yang biasa ia tampakkan dalam keseharian. Dengan kata lain, akhlak merupakan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal dan nurani seseorang.

Kata akhlak secara etimologi berasal dari kata al-akhlaaqu yang merupakan jamak dari kata al-khuluqu yang memiliki arti tabiat, kelakuan, perangai, dan adat kebiasaan  yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai,  sistem perilaku yang dibuat. Secara terminologi, akhlak adalah pola perilaku yang berdasarkan memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan.

Menurut Imam Ghazali dalam Ensiklopedi Islam, Jilid I (1993: 102): yang mengatakan bahwa :
Akhlak yaitu suatu keadaan yang terdapat dalam jiwa yang menampilkan perbuatan senang tanpa memerlukan penelitian maupun pemikiran. Sedangkan karimah berarti mulia, terpuji, baik. Apabila  tingkah laku ataupun sikap dalam hal ini pebuatan yang dilakukan itu baik dan terpuji menurut syariat dan akal maka perbuatan itu dinamakan dengan akhlak yang mulia.

Bedasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa akhlakul karimah adalah suatu tabiat, kelakuan, perbuatan, ataupun kejadian yang terpuji yang dilakukan oleh hamba Allah SWT dengan harapan dapat memperoleh rahmat dari Allah SWT


Kebijakan ekonomi strategi untuk mencapai sasaran ekonomi


Untuk dapat mencapai sasaran ekonomi kerakyatan, maka perlu dilakukan kebijakan ekonomi strategi sebagai berikut: 


  1. Meningkatkan produktivitas Nasional melalui investasi yang menjamin produksi sector riil dan perluasan kesempatan kerja.
  2. Memperluas kesempatan kerja produktif. Investasi terarah pada sasaran padat karya produktif, terutama sector pertanian dan industry kecil yang menyerap tenaga kerja lebih besar .
  3.  Menjaga dan mengendalikan perkembangan harga dan nilai tukar agar stabil, melalui kebijakan Fiskal (APBN) dan Moneter (Bank Sentrak, UU No. 23/1999, No 3/2004) 
  4. Menggalakkan komoditas ekspor nonmigas unggulan—yang memiliki unggulan daya saing-agar nilai ekspor lebih besar dari impor dan cadangan devisa bertambah, DSR (debt service ratio) dapat ditekan jauh dibawah 30% sehingga kemampuan membayar utang jatuh tempo bertambah besar.
  5. Menekan dan mengendalikan utang luar negeri agar tidak berlanjut dan menggalakkan tabungan dalam negeri untuk sumber pembiayaan pembangunan, sehingga tidak harus tergantung pada arus pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing (PMA) .
  6. Menjadikan sector perbankan sebagai lembaga intermediasi yang prudent, sehat dan menaati rambu-rambu perbankan dan API (Arsitektur Perbankan Indonesia) dan mampu menggerakkan modal masyarakat untuk pembangunan.
  7. Menjaga proses pembangunan yang berkelanjutan yang didukung oleh kebijakan ramah lingkungan.


Resep Kue Kering

Kue kering merupakan istilah yang biasa digunakan untuk kue yang berstektur keras tapi renyah yang mempunyai kadar air sangat renda karena dibuat dengan cara di oven. Berikut ini  beberapa macam Resep Kue Kering untuk lebaran.

1. Kue Kurma Kacang 
                            




Bahan
  1. Mentega 1/4 kilo
  2. Susu kering 3 sendok
  3. vanili 1 sendok teh
  4. Kuning telur 4 biji
  5. Kacang disangrai lalu dicincang kasar (Boleh menggunakan kenari)
  6. Gula halus 1/2 gelas
  7. Gula kasar secukupnya
Cara Membuat
Mentega, kuning telur, vanili, gula halus, susu, dikocok kemudian ditambahkan terigu. Lalu dibentuk sebesar biji nangka, lalu dibakar. Setelah dibakar lelehkan gula pasir(Kramel) kira-kira 4 sendok makan. Kemudian kue yang sudah dibakar diturunkan digula yang telah dilelehkan satu persatu, setelah itu di gulingkan ke kenari/kacang yang telah dicincang.

2. Kue Coklat Gulung Seres

                              


Bahan
  1. Jambu mente' 200gram ( yang sudah disanrai dan dicincang)
  2. Gula halus 200gram
  3. Terigu 450gram
  4. Susu bubuk 75gram
Cara membuat
Campurkan semua bahan lalu kocok, kemudian turunkan terigu, lalu digulung sebesar kelereng setelah itu dibakar di atas oven. Kemudian dinginkan lalu gulingkan dicoklat blok yang sudah dilelekahkan, setelah itu taburi dengan seres coklat.

3. Kue Kering Coklat Dollar
 
                                        



Bahan
  1. Mentega 200gram
  2. Gula halus 150gram
  3. Telur 2biji
  4. Kuning telur
  5. Susu bubuk 3sendok makan
  6. Maizena 3sendok makan 
  7. Bakpuder 2sendok teh
  8. Terigu 
Cara membuat
Semua bahan disatukan lalu dikocok, turunkan terigu, kemudian cetak dengan menggunakan cetakan bundar selapis,kemudian letakkan ditengah adonan yang telah dicetak coklat dollar, lalu taro lagi adonan diatas, adonan yang telah dicetak bundar, kemudian semir dengan kuning telur. Lalu di oven. setelah dioven dengan stengah masak dibelah dua kemudian di oven kembali sampai matang.

4. Kue Bangke' Kelapa

                              
Bahan
  1. Terigu 2gelas stengah
  2. Kuning telur
  3. Mentega 3gelas
  4. Kelapa 2biji dikupas lalu disanrai
  5. Maizena 100gram
  6. Vanili 
  7. Kismis
Cara Membuat
Kelapa digongseng sampai kering, mentega dengan gula dikocok, kemudian ditambahkan kuning telur, tambah maizena dan vanili lalu dikocok kembali turungkan kelapa kering lalu terigu. kemudian dicetak dibentuk dengan menggunakan garpuk (ditusuk-tusuk) setelah dibentuk diberi kismis lalu dioven.

5. Kue Natsar
   
                                       

Bahan
    1. Mentega 200gram
    2. Gula halus 125gram
    3. Kuning telur 2butir
    4. Bappuder 1sendok teh
    5. Susu kering
    6. Maizena
Isi
  1. Selai sesuai dengan selera (jika selai siap pakai dikeringkan diwajan supaya selainya tidak keluar kemudian ditambah kenari cincang sedikit)
Cara Membuat
Semua bahan disatukan lalu dikocok, tambah terigu, kemudian dibentuk sebesar kelereng dipipihkan lalu diisi selai, setalu itu disemir dengan kuning telur, hias ditengahnya dengan kismis. Lalu di oven. dibagian paling atas agar suapay kuenya tidak terpecah-pecah.



Semoga Resep Kue Kering.nya bermanfaat


Geografi

Orang yang pertama kali memperkenalkan dan sekaligus menempatkan Geografi sebagai ilmu pengetahuan ialah Eratoshenes (274-194 SM). Geografi diperkenalkan melalui karya tulisnya yang berjudul " Geographyca". Sebagai ilmu pengetahuan, geografi mengalami perkembangan, baik pengertiannya maupun batas-batas kajiannya. Dasar-dasar Geografi menurut pemahaman tiap aliran secara gasi besar adalah sebagai berikut:

Geografi Menurut Fisi Determinis
  1. Bumi dipandang sebagai ruang atau lingkungan tempat berlangsungnya hukum-hukum alam yang mempengaruhi makhluk hidup yang ada didalamnya.
  2. Kondisi badania (fisik), karakter dan kehidupan manusia baik individu maupun kelompok-kelompok dipengaruhi dan ditentukan sesuai dengan kondisi gejala-gejala alam yang berlaku di lingkungan tempat manusia berada.
Jadi geografi menurut aliran ini tidak lebih dari pengetahuan tentang bumi yang uriannya lebih menitikberatkan geografi alam. Sementara manusia sebagai organisma, perilaku dan kehidupannya tunduk pada kekuatan-kekuatan alam.

Geografi menurut possibilis
pemuda aliran ini ialah Paul Vidal de la Blach (1854-1919) landasan pemikirannya antara lain:
  1. Ruang lingkup kajian geografi bukan hanya sekadar tersusun dari faktor-faktor alam saja, tetapi juga terbentuk oleh saling hubungan yang berulang kali terjadi dimana peran manusia semakin besar.
  2. manusia selain dalam beberapa hal tunduk dipengaruhi oleh alam, tetapi juga berperan aktif terhadap alam sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan budayanya. Akal kecerdasan dan kemampuan berpikir yang dimiliki manusia merupakan modal dasar penyebab berkembangnya kemampuan berbudi daya dari yang paling sederhana (menggantungkan diri dari alam dan menyesuaikan diri dengan alam) sampai dengan tingkat kemampuan mengendalikan alam.
Jadi prinsip kajian geografi menurut aliran possiblis adalah alam menawarkan kemungkinan-kemungkinan aneka macam semberdaya alam yang dimilikinya kepada manusia. Sementara manusia memanfaatkan melalui tingkat-tingkat perkembangan budaya dari cara yang paling sederhana sampai dengan yang paling spektakuler. Sebagai ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu geografi mengalami perubahan atau perkembangan. Perubahan atau perkembangan itu tidak hanya dipengaruhi oleh ilmu geografi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan ilmu-ilmu lainnya. Pada awalnya geografi hanya sebagai sepengetahuan tentang bumi yang dalam uriannya melukiskan peran dominan gejala-gejala alam mempengaruhi kehidupan manusia.

Pengertian Geografi
Dari waktu kewaktu geografi mengalami perubahan baik pengertian batasan maupun objek-objek kajiannya. Dari mulai alam mendominasi kehidupan manusia, sampai lahirnya pandangan bahwa manusia juga mempengaruhi alam sesuai dengan tingkt-tingkat perkembangan budayanya. Budaya manusia kenyataannya berkembang sesuai dengan akal, budi, kecerdasan dan kemampuan berpikir yang dimilikinya. Keistimewaan yang dimiliki itulah sebgai modal dasar manusia berilmu dan berteknologi. Melalui penguasaan ilmu dan teknologi yang berkembang semakin maju itu pula manusia bertindak sebagai penguasa, pengelola dan pemanfaat aneka ragam sumberdaya alam yang tersedia di planet Bumi ini, Karena itu pengertian, fungsi dan ruang lingkup obyek kajian ilmu geografi juga berkembang, sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu lain yang mendukungnya.

Pengertian dan Batasan Geografi
Dalam seminar dan lokakarya Ikatan Geografi Indonesai (IGI) di semarang tahun 1988 antara lain disepakati pengertian dan batasan geografi yaitu: 



Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa geografi itu merupakanmerupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari dua bidang kajian, yaitu mempelajari gejala-gejala alam (gejala geosfer) dan gejala-gejala manusia (sosial, ekonomi dan budaya) dalam saling hubungannya (interaksi) dengan lingkungan alam di ruang hidupnya. Mempelajari gejala-gejala alam berarti mempelajari ilmu pengetahuan alam yang sifatnyabkausal dan eksak serta mempelajari manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya yang sifatnya lebih kompleks.

Ruang Linkup dan Ilmu Penungjang Geografi
Tiap bidang ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak ada yang berdiri sendiri. Karena setiap aspek kalau dijabarkan lebih luas, mendetail dan mendalam, akan timbul keterkaitannya dengan aspek-aspek lain. Setidak-tidaknya beberapa aspek lainnya menjadi penunjang kejelasan aspek yang dijadikan disiplin keilmuan itu.
Contoh:
  1. Geogli (Geo = bumi dan logos = ilmu) ialah ilmu kebumian. Ilmu yang mempelajari fisik bumi ini dibutuhkan ilmu-ilmu penunjang seperti ilmu fisika, ilmu mekanika, ilmu kimia, matematika, biologi dan lainnya.
  2. Sosiologi, ilmu yang mempelajari kehidupan manusia bermasyarakat ini selain banyak macam cabangnya, juga diperlukan bidang-bidang keilmuan lainnya seperti demografi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, sejarah dan lainnya
Demikian pula ilmu geografi, karena geografi itu mempunyai dua macam kajian yaitu interelasi manusia dengan alam, maka dalam pemeriaannya memerlukan dua kelompok ilmu-ilmu penunjang yang bertalian dengan manusia dan alam. Kiranya tidak berlebih-lebihan kalau Preston E. James sebagai orang geograf Amerika menyatakan: "Geografi merupakan induk dari berbagai lapangan ilmu".

Ruang Lingkup Geografi
Pada dasarnya ruang lingkup geografi dibagi menjadi tiga cabang utama yaitu Geografi alam, Geografi manusia, dan Geografi Regional. Sedangkan geografi penduduk (demografi), geografi ekonomi dan geografi kesejarahan merupakan gabungan dari ketiga cabang utama di atas. Sementara pengetahuan peta dan penginderaan jauh merupakan sarana Sistem Informasi Geografi.

  1. Geografi Alam (Geografi Fisik). Objek material yang dipelajari pada Geografi Alam adalah mendeskripksikan atau melukiskan gejala-gejala alamiah yang terdapat dipermukaan bumi, meliputi tanahm air dan udara yang erat keterkaitannya dengan kehidupan manusia. Jadi sekalipun Geografi Alam mempelajari aspek-aspek alam yang bersifat kausal dan eksak tetapi dalam urainnya tidak terlepas keterkaitannya dari unsur-unsur manusia yang terdapat di dalammnya. Karena kenyataannya tanah, air dan udara di Planet Bumi merupakan unsur-unsur penunjang yang  berfungsi sebagai sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Dengan demikian yang dipelajari dalam Geografi Alam adalah bentang lahan (landscape) yaitu sebagian ruang atau kewilayahan yang terdapat di permukaan bumi, meliputi kondisi lahan, struktur dan tekstur lahan, lapis-lapis batuan tanah, unsur-unsur pembentukan batuan tanah, relief muka tanah, air tawar, air laut, udara dan kondisi kecuacaannya dan aneka ragam biota yang hidup di dalamnya, secara keseluruhan membentuk satu-krsatuan yang mewarnai potensi lingkungan alam.
  2. Geografi Manusia (Human Geography). Geografi manusia merupakan bagian dari ilmu oengetahuan Sosial yang mengkaji kegiatan manusia di masyarakat dengan menitikberatkan manusia sebagai objek materialnya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang berkedudukan sebagai khalifa bumi. Karena itu manusia sebagai makhluk yang paling berperan di permukaan bumi dan dapat mengubah permukaan bumi sesuai dengan kehendaknya. Dengan demikian kajian Geografi Manusia adalah: "Aspek keruangan dari gejala-gejala di permukaan bumi dengan manusia sebagai objek pokok". Karena itu cara pandang Geografi manusia dalam pengkajiannya yang menyangkut gejala dan pemecahan masalah sosial, dilihatnya dari faktor ruang, faktor biologis dan faktor budaya.
  3. Geografi Regional. Regional atau region ialah wilayah, kewilayahan, kelingkungan atau keruangan. Di dalamnya terdapat sejumlah penyebaran aneka ragam gejala geosfer dan manusia yang interaksinya membentuk karakteristik tertentu yang khas. Region yang berskala luas terdiri dari sejumlah negara yang berdekatan dan berbatasan. Satu negara juga termasuk region luas. Region yang berskala luas terdiri dari sejumlah region-region berskala sempit. Contoh: Region yang luas: (Region Asia Tenggara, Regional Timur Tenagah, Regional Eropa, Regional Indonesia). Region sempit : (Region Desa, Region Kabupaten, Region propinsi, Region DAS Brantas dan lain-lain).
Objek Studi Geografi
Objek studi geografi pada dasarnya ada dua macam objek utama yaitu objek material dan objek formal.
  1. Objek Material. Yang dikaji dalam studi geografi adalah gejala-gejala geosfer (udara) serta biofer dan antrosfer. Tanah air, dan udara merupakan biosfer yaitu lingkungan bentuk alam dipermukaan bumi sebagai ruang tempat hidupnya makhluk-makhluk hidup. Biosfer (bio = hidup mencakup seluruh makhluk hidup dan sphaira = lapisan juga dapat diartikan lingkungan) Jadi biosfer dapat diartikan Lingkungan Hidup. Antroposfer (antropos = manusia dan spaira = lapisan atau lingkungan) dapat diartikan lingkungan masyarakat manusia.
  2. Objek Formal. Yaitu sudut pandang atau cara memandang atau cara pikir terhadap sesuatu gejala di permukaan bumi, baik yang sifatnya alam maupun sosial dengan sudut pandang kewilayahan., yaitu: 1) Prinsip penyebaran gejala dan fakta baik yang menyangkut kondisi alamnya maupun kondisi penduduknya di wilayah tertentu muka bumi. 2) Prinsip interaksi yaitu hubungan timbal balik antara alam dengan alam, antara manusia dengan manusia dan antar manusia dengan alam. 3) Prinsip deskripsi atau pemerian interelasi dan interaksi gejala alam dan manusia di suatu wilayah secara kausal. Untuk mendeskripsikan gejala alam dipermukaan bumi lebih konkret lazim digunakan peta, gambar dan data-data yang bertuang pada tabel, diagram atau grafik, sarana penting dalam studi geografi untuk pendekatan dan analisa kewilayahan.4) Prinsip kronologi yaitu dengan cara memperhatikan bahwa interelasi alam dan manusia mengalami proses perubahan atau perkembangan menurut dimensi waktu.

How to do things without performative verbs

How to do things without performative verbs

The most important reason for the collapse of Austin's performative hypothesis was the realization that Austin had ( at least tacitly) equated 'doing things with word's with the existence of a corresponding performative verb. This is clearly erroneous: there are many acts performed using language where it would be impossible, extremerly odd or very unusual to use a performative verb. Consider those acts for which English has no performative verb, such as 'letting the cat out of the bag', incrinating oneself, putting one's foot in it,'treading on someone's corns'. People do not say: I hereby let the cat out of the bag, I hereby tread on your corns, and yet these are (unfortunately) very common actions performed by means of languag. Consider the following example:

Notice on the door of a second-hand furniture shop. The last element had been added in handwriting in very large letters

It is clear what this notice is doing: it is strongly discouragging casual passers-by from dropping into the shop. There would be no way of accomplishing this act using a performative, as no such performative exists in English (and I doubt whether it exists in any other language). Language ids frequaently used to insult, but (outside surrealist cornedy) it would be impossible to say: I (hereby) insult you! We readily use language to invite, but in English it is not usual to use the words I invite you to perform the act of inviting. And the same is true for many extremely common acts: offering, hinting, boasting, devulging, expressing an opinion, are all instance of acts for which it would be most odd to use a performative verb (but note that in reporting the act you would readliy say: She invite me..., He hinted that..., They boasted that...). There are literally hundreds of examples like this. It was in the light of counter-examples of this kind that in chapter six of How to do things with words, Austin briefly introduced a distinction between primary performatives (which, following Levinson 1983 I shall call explicit performatives) and implicit performatives.

Pragmatics

What is Pragmatics?



Defining Pragmatics
In the early 1980, when it first becarne, common to discuss pragmatics in general textbooks on lingistics, the most common definition of pragmatics were: meaning in use or meaning in context. Although these definitions are accurate enough and perfectly adequate as a starting point, they are too general for our purposes-for example, there are aspects of semantics, particularly semantics of the type develope since the late 1980s, which could well come under the headings of meaning in use or meaning in context. More up-to-date textbooks tend to fall into one of two camps-those who equate pragmatics with speaker meaning and those who equate it with utterance interpretation (they do not necessarily use these terms explicitly). Cetainly each of these definitions captures something of the work now undertaken under the heading of pragmatics, but neither of them is entirely satisfactory. Moreover, they each represent radically different approaches to the sub-discipline of pragmatics. The term speaker meaning tends to be favoured by writers who take a broadly social' View of the discipline; it puts the focus of attention firmly on the producer of the message, but at the same time obscures the fact that the process of interpreting what we hear involves moving between several levels of meaning. The final definition (utterance interpretation), which is favod red by those who take a broadly cognitive approach, avoids this fault, but at the cost of focusing too much on the receiver of the message, which in practice means largely ignoring the social constraitns on utterance production. I am not going to undertake an exhaustive discussion of the relative advantages and disadven-tages of the two competing aproaches just now-this task will be done at appropriate points in later chapters. But we can begin to understand the differences between the two approaches if we examine what is meant by levels of meaning. The first level is that of abstract meaning; we move from abstract meaning to contextual meaning (also called utterance meaning) by assigning sense and/or reference to a word, phares or sentence. The third level of meaning is reached when we consider the speaker's intention, known as the force of an utterance. We shall begin by looking at each of these levels in turn.

Utterence meaning: the first level of speaker meaning
When in interaction we have resolved all the ambiguities of sense, reference and structure-when we have moved from abstract meaning (what a particular sentence could mean in theory) to what the speaker actually does mean by these words on this particular occasion-we have arrived at contextual meaning or utterance meaning. Utterance meaning can be defined as'a sentence-context pairing' (Gazdar 1979) and is the first component of speaker meaning.

Importance of utterance meaning
Now, you my feel, and with some justifikation, that (except, of course, for story book detectives deciphering baffling clues!) in eceryday interaction people do not normally go around straining their interpretative faculties trying to determine sense and reference. Although it is certainly the case that the majority of sentences, taken our of context, are, at least from the point of view of the hearer, potentially multiply ambiguous, in real life we rarely have difficulty in interpreting them correctly in context. In fact, more often than not, we fail to notice ambiguities of sense and refence at all, unless some misunderstanding occurs or unless, as in jokes or word-play, our attention is deliberately drawn to their existence. But, as we have already seen with the example of the Demjanjuk trial, problems rally do occur in assigning sense and reference and there are cases where correctly assigning sense and reference can, quite literally, be a matter of life and death. An example of this can be found in the transcript of a controversial English murder trial, which was held in 1952. A yputh of nineteen, Derek Bentley, was changerd jointly with a sixteen-year-old, Chirstopher Craig, with having committed the then capital offence of murdering a police officer, It was never disputed that it was Craig who fired the fatal shot; Bentley was unarmed and had, in fact, already been caught and was being restrained by a policemant at the time the shot was fired. The case againts Bentley hinged on the allegation that he had shouted, Let, him have it, Chris! At Bentley's trial, the prosecution argued that this meant Shoot the policeman, which in turn was construed as deliberate incitement to murder'. An alternative interpretation proposed later in Bantley's defence was that defence was that it referred to the gun, him referred to the police officer and that far from telling Craig to shoot his pursuer, Bentley was recomending Craig to hand over the gun. This second interpretation was rejected by the court and Bentley was found guilty and hanged. Craig who had actually fired the shot, was still a minor and was sentenced only to youth custody. It is generally true that law courts (at least in Britain) exahibit an extreme reluctance to take account of anything other than the dictionary meaning of particular expressions. A particular source of irritation to me is the use of so-called expert witnesses' in legal cases involving the use of obscence or abusive (often racist) language. In such cases the defence invariably bring in to court some cobwebby philologist who will testify, for example, that to shout Bollocks! is not offensive because it 'means' little balls. It seems that the only linguistic evidence admissible in these cases is the etymology of a word or phrase (and frequently the etymology is wholly spurious)- no account is taken of the circum stances in which the word is used nor of the speaker's intention in uttering it. In another court case, the defendant was charged with four offences againts the owner of a Chinese restaurant. One was that he had called the restaurant owner a Chinky bastard, but this charge was dismissed because an 'expert' testified that the expression 'meant' wandering parentless child travelling through the countryside in the Ching Dynasty and was in no way offnsive. Courts seem incaple of taking on board the fact that the original lexical meaning of an expression is not a good guide to the speaker's intention in employing that expression.














Tips and Tricks For Making Vocabulary Stick

Tips and Tricks For Making Vocabulary Stick


Here is a quick list of the ways you can make the words in this book your own. That ability to make new words "stick" what we mean  by "word power". We hope you'll try out all of these trick and see which ones help you best. Then use them powerfully!

  • Reading helps you figure out basically what a word means from its context. Remember, though, it's he subtleties that count when speaking or writing. Context does not convey the full scope of meaning, and in fact can be misleading. What if the word is being used sarcastically?Example: " Well," James eyed Mariss's dress with disapproval."Isn't that just sublime."
  • Mnemonics help as global hints to the meaning of a word, and are often easier to remember than the definition ((or fact) itself. This is partly because they have entertainment value. Many students are taught to remember the difference between the word principle and principal by being  told,"The principal is your pal." This of course strikes most kids as absurd, which helps them remember, and gets us to our next point.
  • Absurd immagery (picture) can help you remember meanings. Take the word flout: to disregard with disrespect. We imagine a strictly religious family Thanksgiving dinner where a floozy (FL) is being told to get out (OUT), for in that traditional family world, no one respects a floozy. Whenever your mind gives you a picture, you will likely remember the word. Your pictures and association will stay with you. This is why this book will not give any of those kinds of associations. They wouldn't work. The point is for you to make up picture from your own experience.
  • Etymology is a solid way to figure aout a word. They etymology of a word is its root. Take PED (foot) for instance. PEDal, PEDestrian, exPEDite. These words all have something to do with the foot. All these words have to do with getting somewhere.
  • Writing, the act of physically putting the word down on paper, helps to solidify it in a person's mind. Writing the word helps our minds remember. Use flash cards. Use bright markers. Write down the word and its defenition. Put it in a sentence. Read it over. Tes your self. Take out the cards that give you trouble. Keep writing and practicing to build your word power.
  • Tongue twisters are childish games that can imprint the meanings of words into grown-up brains. Remember that old one, "Peter Piper Picked a peck of pickled peppers"? You may not know the Word peck, but when you say the tongue twister, it is obvious that peck is a quantity, a measurement. As you read the words in each lesson of this book, you can make up your own tongue twisters with the words, for they almost always use the same letter of the alphabet. For example, Lesson 12 has almost all M words: Morose Mavis made herself into a martyr." Better a mercenary maverick,"she moaned. This may not have the zing of Mother Goose, But it will get you through to the meanings.
thank you has read articles singer may trip and tricks to make vocabulary stick

Manajemen Strategi

Giffin (2000) mendefinisikan bahwa Manajemen Strategi adalah sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. (Strategy is a comprehensive plan for accomplishing an organizazion's goals) Tidak hanya sekadar mencapai, akan tetapi strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan organisasi dilingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan aktivitasnya. Sedangkan secara umum Manajemen Strategi adalah berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi pengembangan kebijakan, dan perencanaan untuk mencapai sasaran serta mengalokasikan sumber daya. Berikut pembahasan mengenai Manajemen Strategi.


Manajemen Strategi

Pengertian Strategi
Giffin (2000) mendefinisikan bahwa Manajemen Strategi adalah sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. (Strategy is a comprehensive plan for accomplishing an organizazion's goals) Tidak hanya sekadar mencapai, akan tetapi strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan organisasi dilingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan aktivitasnya. Bagi organisasi bisnis, strategi dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis perusahaan dibandingkan para pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

Komponen Strategi
Secara umum, sebuah strategi memiliki komponen-komponen strategi yang senantiasa dipertimbangkan dalam menentukan strategi yang akan dilaksanakan,. Ketika komponen tersebut adalah kompetensi yang berbeda (distintive competence), ruang lingkup (scope), dan distribusi sumber daya (resource deployment).

Kompetensi yang berbeda
yang dimaksud dengan kompetensi yang berbeda adalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan dimana perusahaan melakukannya dengan baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Dalam pengertian lain, kompetensi yang berbeda bermakna kelebihan perusahaan dibandingkan perusahaan lainnya. Pemasaran dan pembayaran secara online adalah salah satu kompetensi yang berbeda yang dimiliki oleh Amazon.com jika dibandingkan dengan penjual buku secara manual melalui gedung atau toko-toko penjualan. Kompetensi yang berbeda ini akan menjadikan kekuatan bagi strategi yang akan dijalankan oleh perusahaan.

Ruang lingkup
yang dimaksud dengan ruang lingkup adalah dimana organisasi atau perusahaan tersebut beraktivitas. Lokal, regional, atau internasional adalah salah satu contoh ruang lingkup dari kegiatan organisasi. Oleh karenanya, strategi yang akan dilakukan mencakup ruang lingkup oleh perusahaan.

Distribusi sumber daya
Distribusi sumber daya adalah bagaima sebuah perusahaan memanfaatkan dan mendistribusikan sumber daya yang dimilikinya dalam menerapkan strategi perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan raksasa General Electric memanfaatkan profit yang diperolehnya dari Amerika untuk diinvestasikan di Asia dan Eropa sebagai strategi  ekspansi yang dilakukannya.

Jenis strategi
Menurut Giffin (2000), secara umum strategi dapat dibagi menjadi dua jenis dilihat dari tingkatannya. Pertama adalah strategi pada tingkat perusahaan (corporate-level strategy); Kedua, strategi pada tingkat bisnis (businesss-level-strategi). Strategi pada level perusahaan atau korporat dilakukan perusahaan sehubung dengan persaingan antarperusahaan dalam sektor bisnis yang dijalankannya secara keseluruhan. Persaingan yang ditunjukan melalui Mie sedap dan Supermi Rasa Sedap, pada level perusahaan sesungguhnya menunjukkan perusahaan antara kelompok perusahaan Indofood dan Wings Food, yaitu persaingan pada bisnis makanan. Strategi pada level bisnis adalah alternatif strategi yang dilakukan oleh perusahaan sehubung dengan persaingan bisnis yang dijalankannya pada beberapa jenis bisnis yang diperbandingkan. Persaingan antara Mie sedap dan Supermie Rasa sedap pada dasarnya menunjukkan strategi pada tingkat bisnis, yaitu dalam bisnis mie instan. Beberapa dengan Griffin, stoner, Freemam, dan Gilbert (1995) menambahkan kedua jenis strategi tadi dengan tingkatan strategi Ketiga, yaitu stratgi pada tingktat konfensional (functionallevel strategi). Iklan yang berganti-ganti pada produk Sunsilk dan Pantene (yang seolah-olah yang saling berbalasan satu sama lain) menunjukkan strategi pada tingkat fungsional, dimana kedua perusahaan melakukan strategi pada bagian pemasarannya, khususnya di tingkat perilanannya. Dengan menggabungkan kedua pembagian tadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis strategi dilihat dari tingkatannya, yaitu startegi di tingkat perusahaan, strategi di tingkat bisnis, dan strategi di tingkat fungsional. Gambar 7.1menggambarkan bagaimana strategi perusahaan dibedakan jenisnya berdasarkan tingkatannya.

Gambar Tiga tingkatan strategi

Melakukan Manajemen Strategi

Penyusunan strategi
perusahaan melakukan strategi untuk memenangkan persaingan bisnis yang dijalankannya, serta untuk mepertahankan keberlangsungan kehidupan perusahaan dalam jangka panjang. Untuk melakukan strategi, dilakukan proses penyusunan strategi yang pada dasarnya terdiri dari 3 fase, yaitu Penilaian Keperluan Penyusunan Strategi, Analisis situasi, Pemilihan strategi. Secara diagram fase-fase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar
Proses penyusunan strategi

Penilaian keperluan penyusunan strategi
Sebelum strategi disusun, perlu ditanyakan terlebih dahulu apakah memang penyusunan strategi-baik strategi maupun perubahan strategi-perlu untuk dilakukan ataukah tidak. Hal ini terkait dengan apakah strategi yang akan dilakukan memang sesuai dengan tuntutan perubahan di lakukan ataukah sebaliknya, lebih baik mempertahankan strategi yang telah ada misalnya. Fase untuk menilai perlu tidaknya sebuah strategi disusun akan menjadi fase yang memakan waktu cukup lama, terutama jika dikaitkan dengan persoalan inersia dalam persaingan (inertia of competition). Inersia dalam persaingan adalah suatu kondisi dimana para anggota dalam organisasi sudah merasa puas dengan keadaan yang dialami perusahaan sehingga merasa tidak perlu untuk melakukan perubahan strategi. Salah satu cara untuk menilai perlu tidaknya sebuah strategi baru adalah dengan menilai strategi yang sedang dijalankan, baik buruknya, serta hasil yang diperoleh perusahaan dengan penggunaan strategi tersebut.

Pemilihan strategi
setelah perusahaan melakukan analisis terhadapa keadaan internal dan eksternal perusahaan, maka perusahaan perlu menentukan strategi yang akan diambil dari berbagai alternatif yang ada. Pada dasarnya alternatif strategi terbagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu strategi yang cenderung mengambil risiko, yaitu strategi yang menyerang atau agresif (aggresive or offensive strategy), strategi yang cenderung menghindari risiko, yaitu strategi bertahan (defensive strategy), serta strategi yang memadukan antara mengambil risiko dan menghindari risiko. Artinya, berada ditengah-tengah. Strategi ini sering dinamakan sebagai turn-around strategy. Kriteria untuk melakukan pilihan strategi dari berbagai alternatif strategi tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 7.3. Berdasarkan gambar 7.3, maka jika perusahaan memiliki banyak kelebihan dan sekaligus berhadapan dengan  peluang yang tinggi, maka strategi yang dapat dipilih adalah strategi ofensif atai agresif. Sebaliknya, jika kelemahan lebih banyak dimiliki perusahaan dan sekaligus tantangannya juga tinggi maka sebaiknya strategi defensif yang digunakan. Adapun jika perusahaan menghadapi tingginya peluang namun memiliki banyak kelemahan, dan atau perusahaan berhadapan dengan kekuatan yang tinggi namun juga tantangannya juga tinggi maka sebaiknya digunakan strategi tumaround, yaitu strategi yang agresif secara bertahap diiringi dengan penguatan internal.

Proses manajemen strategi
Jika penyusunan strategi telah diketahui prinsipnya secara umum, bagaimana manajemen strategi dilakukan? setidaknya proses manajemen strategi dapat dibagi

Gambar 7.3 Pilihan strategi brdasarkan analisa Swot


Pkm

Pkm adalah singkatan dari program kreativitas mahasiswa yang diselenggarakan oleh dikti guna memberi ruang untuk paramahasiswa menunjukkan kreativitasnya. berikut contoh Pkm - K.





PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


USAHA TENUN BERDAYAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS MUAHAMMADIYAH MAKASSAR SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BANGSA


BIDANG KEGIATAN
PKM-K


Diusulkan Oleh:

FARADILLAH FAHRI
MIAWATI
RISNAWATI




UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2014







DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL   
PENGESAHAN USULAN   
DAFTAR ISI   
RINGKASAN   
BAB 1. PENDAHULUAN
Latara Belakang   
Rumusan Masalah   
Tujuan Program   
Luaran yang Diharapkan   
Kegunaan Program   
BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
Jenis Usaha   
Peluang Usaha   
Sasaran yang Ditujukan (Konsumen)   
Strategi Pemasaran yang Diterapkan   
Analisis Usaha   
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Persiapan Alat dan Bahan   
Rencana Produksi   
Rencana Pemasaran   
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Rincian Biaya   
4.2 Jadwal Kegiatan   
DAFTAR PUSTAKA   
LAMPIRAN
Biodata Ketua dan Anggota   
Justifikasi Anggaran   
Organisasi Pelaksanaan   
Surat Pernyataan Ketua Pelaksana  



RINGKASAN
Tenun merupakan salah satu warisan budaya bangsa sekaligus kebanggaan yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Tenun memiliki makna, nilai sejarah, dan teknik yang tinggi dari segi warna, motif, dan jenis bahan atau benang yang digunakan yang memiliki keunikan tersendiri. Produk tenunan merupakan salah satu dari industri kreatif Indonesia yang merupakan sektor strategis karena mampu memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional. Proses pembuatannya yang secara manual tanpa menggunakan mesin menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar kain tenun karena membutuhkan waktu yang lama dan rumit dalam pembuatannya. Tenun sebagai salah satu warisan budaya harus tetap dijaga keeksistensiannya. Kaum remaja terutama mahasiswa seharusnya memiliki kemampuan untuk menjaga warisan budaya ini. Mahasiswa haris difasilitasi agar upaya ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu kami akan melakukan suatu usaha tenun berdayakan mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. Tujuan dari program ini adalah menciptakan usaha yang dapat membantu mempertahankan jati diri dan warisan budaya bangsa, menciptakan peluang usaha baru melalui usaha tenun yang berdayakan mahasiswa, serta mempersiapakan generasi muda sebagai generasi penerus warisan budaya bangsa. Usaha ini akan dikelolah langsung oleh tim pelaksana yang merupakan mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar. Proses pelaksanaan terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan alat dan bahan, produksi dan pemasaran. Produksi akan disesuaikan dengan pesanan dan kebutuhan konsumen baik motif maupun ukurannya. Pemasaran dilakukan dengan pembuatan katalog dan secara online melalui facebook. Belum adanya usaha tenun dikalangan mahasiswa dan kemampuan menenun yang dimiliki oleh tim pelaksana menjadi tonggak awal keberhasilan usaha tenun ini.


Kata Kunci : Tenun, Mahasiswa, Warisan Budaya


BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenun merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang sekaligus kebanggaan yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Tenun adalah salah satu karya budaya yang diproduksi di berbagai wilayah di seluruh Nusantara. Tenun memiliki makna, nilai sejarah, dan teknik yang tinggi dari segi warna, motif, dan jenis bahan atau benang yang digunakan yang memiliki keunikan tersendiri. Untuk itu kain tenun baik dari segi teknik produksi, desain maupun produk yang dihasilkan harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya, serta dimasyarakatkan kembali penggunaannya.
Tenun merupakan bagian dari budaya Indonesia dan hampir tiap daerah memiliki tenun dengan ciri khas masing-masing. Saat ini, industri tenun mulai mengalami peningkatan dan ini harus tetap dijaga sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa. Motif kain tenun telah mampu mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan keinginan konsumen pada masa kini. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia membuat kain tenun memiliki beragam corak dan ciri khas tersendiri. Hal ini akan sangat bagus bagi perkembangan kain tenun di Indonesia karena mampu menawarkan differensiasi produk sehingga memiliki konsumennya masing-masing.
Produk tenunan merupakan salah satu dari industri kreatif Indonesia yang merupakan sektor strategis karena mampu memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional. Hal tersebut terlihat dari jumlah industri kecil dan menengah (IKM) sebanyak 3,4 juta unit pada 2013. IKM juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 10,3 juta orang dan memberikan sumbangan signifikan terhadap nilai ekspor sebesar USD 19.579 juta (Buwono, 2014). 
Proses pembuatannya yang secara manual tanpa menggunakan mesin juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar kain tenun karena membutuhkan waktu yang lama dan rumit dalam pembuatannya. Setiap daerah di Indonesia memilki berbagai macam motif yang memiliki makna yang terkandung dalam setiap kain tenun masing-masing daerah.
Terkait dengan banyaknya daerah yang menjadi produsen tenun, Menperin mengatakan, keberagaman motif dengan perbedaan latar belakang budaya dan lingkungan akan menciptakan keunikan hasil tenun pada setiap daerah. Sementara itu, peningkatan teknik pembuatan yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) membuat kualitas dari kain tenun Indonesia tetap terjaga baik, dimana sebelumnya sebagian besar masih banyak menggunakan alat gedokan (Pio, 2014).
Tenun sebagai salah satu warisan budaya harus tetap dijaga keeksistensiannya di kalangan nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilakukan dengan dukungan dari berbagai kalangan masyarakat untuk tetap menenun demi mempertahankan warisan budaya bangsa. Melihat kenyataan sekarang, sebagian besar kalangan remaja sudah tidak tau lagi cara menenun dan tidak tertarik dengan hal itu. Mereka hanya bias menjadi konsumen dan tidak bias lagi menjadi produsen. Jika hal ini teru dibiarkan makan masadepan tenun sebagai warisan budaya bangsa di tangan kaum muda bisa saja hilang. 

Kemampuan menenun harus diwariskan kepada kaum remaja sebagai generasi penerus bangsa. Kaum remaja terutama mahasiswa seharusnya memiliki kemampuan untuk menjaga warisan budaya ini. Mahasiswa haris difasilitasi agar upaya ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu kami akan melakukan suatu usaha tenun berdayakan mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar sebagai upaya pelestarian budaya bangsa, melalui usaha ini mahasiswa tidak hanya menjadi sebagai konsumen ttapi mampu menenpatkan dirinya sebagai produsen yang tentunya akan membantu dalam menjaga eksistensi tenun sebagai warisan budaya bangsa.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalaha yaitu:
1. Tenun sabagai warisan budaya yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia harus selalu dijaga eksistensinya baik dalam kanca nasional maupun internasional.
2. Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang harus meneruskan kemampuan tenun sebagai warisan budaya bangsa. Oleh karena itu mahasiswa harus difasilitasi untuk mendirikan suatau usaha tenun.

C.Tujuan Program
Tujuan program yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
a. Untuk menciptakan usaha yang dapat membantu mempertahankan jati diri dan warisan budaya bangsa.
b. Untuk menciptakan peluang usaha baru melalui usaha tenun yang berdayakan mahasiswa.
c. Untuk mempersiapakan generasi muda sebagai generasi penerus warisan budaya bangsa.

D.Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah:
a. Terciptanya peluang usaha yang mandiri dan lapangan kerja baru bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar.
b. Menumbuhkan kreativitas mahasiswa dan pengalaman berwirausaha.
c. Menciptakan produk tenun sebagai upaya menjaga warisan budaya bangsa.
d. Menciptakan mahasiswa yang paham akan keharusan menjaga kekayaan budaya bangsa.

E.Kegunaan Program
Adapun kegunaan program yang dimaksud adalah:
a. Mempertahankan dan memperkenalkan kekayaan warisan budaya bangsa.
b. Meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menciptakan peluang usaha baru bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar.
c. Sebagai media pengembangan jiwa berwirausaha dikalangan mahasiswa.
d. Menciptakan mahasiswa yang tidak hanya sebagai konsumen tetapi mampu menjadi produsen.
e. Mencipakan produk tenun sesuai yang dibutuhkan masyarakat.



BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

1.Jenis usaha
Adapun jenis usaha dalam program kreativitas mahasiswa ini, yaitu bergerak dalam usaha pembuatan produk tenun berupa selendang, ataupun skrab bahkan kain yang siap untuk diolah menjadi pakaian atau produk lainnya sesuai kebutuhan konsumen. Tenun yang dikenal sebagai kekayaan bangsa Indonesia perlu dilestarikan dan dimanfaatkan agar tetap menjadi milik Indonesia dan tidak diklaim oleh nagara lain. Produk tenun ini dibuat dengan perpaduan warna yang menarik sesuai dengan tuntutan masyarakat. 

Produk tenun yang kami ciptakan tidak hanya diperuntukkan kepada kebutuhan mahasiswa saja tetapi kepada kebutuhan masyarakat luas. Produk untuk mahasiswa seperti shal atau selendang karena menjadi tren sekarang di kota Makassar untuk menggunakan selendang. Untuk masyarakat umum kami  akan membuat kain tenun yang bisa dibuat menjadi sarung. 

Pembuatan produk juga tergantung ari pesanan masyarakat atau konsumen. Kami akan menerima pesanan dari masyarakat sembari membuat produk-produk yang lain. Kain tenun yang kami hasilkan menggunakan motif bunga dan kami juga akan melayani pesanan nama pada kain tenun yang kami buat. Seperti yang kita ketahuai sebagian besar masyarakat bahakan mahasiswa sangat menyukai produk yang bisa mengukir nama mereka di produk tersebut. Sehingga dengan melihat kenyataan ini, kami yakin usaha tenun yang berdayakan mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar ini akan mudah meraih kesuksesan dan akan tetap terjaga eksistensinya dikalangan masyarakat.

2.Peluang usaha 
Masyarakat pada dasarnya menyukai sesuatu hal yang bersifat baru dan unik, apalagi yang berada di sekitar lingkungan kita. Kota Makassar dan sekitarnya merupakan pusat pusat bisnis di indonesia bagian timur yang memiliki prospek usaha yang baik dan menjanjikan untuk berwirausaha. Berwirausaha kain tenun merupakan sebuah peluang usaha yang baru. Usaha ini bergerak dalam embuatan produk-produk tenun dan memasarkannya kepada konsumen.Kecintaan masyarakat terhadap hasil tenun mulai menlonjak sejak adanya pengklaiaman kekayaan budaya Indonesia oleh negara lain. Masyarakat Indonesia tidak mau kecolongan untuk kedua kalinya dan berusaha untuk memanfaatkan dan memperkenalkan kakayaan tersebut termasuk tenun. Cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan produk tenun pada beberapa produk baru.

Usaha tenun di kalangan mahasiswa ini merupakan bentuk kecintaan terhadap warisan budaya bangsa. Ini adalah usaha tenun pertama yang dirintis oleh mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar. Oleh karena itu peluang keberhasilan usaha ini sangatlah besar karena tidak adanya pesaing dari luar. Hal lain yang membuat kami yakin adalah karena salah satu anggota tim merupakan orang yang mahir dalam menenun. Hal ini tebukti dari banyaknya produk-produk yang dihasilkan dan dipasarkannya ketika masih tinggal di kampung halaman. Kemampuan itu merupakan warisan dari leluhurnya yang sebagian besarnya berprofesi sebagai penenun.Kemampuan yang dimiliki oleh salah satu anggota tim merupakan modal besar dalam mencapi keberhasilan usaha tenun ini. 

3. Sasaran yang ditujukan (konsumen)
Sasaran yang dituju adalah masyarakat Indonesia pada umumnya dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar pada khusnya. Usaha ini akan dilakuakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar yang sekaligus menjadi sasaran pemasaran. 

4. Strategi pemasaran yang diterapkan
a. Pemasaran 
Pemasaran produk ini akan dilakukan sendiri oleh tim dengan menggunakan rumah kos sebagai tempat berjualan. Selain itu tim akan melakukan kerjasama dengan mahasiswa lain untuk memasarkan dan memperkenalkan produk kepada masyarakat. Agar pemasaran dapat berjalan lancar, maka dapat dibantu dengan pembuatan brosur, panplet dan katalog. Pemasaran juga dapat dilakukan melalaui online sehingga peluang keberhasilan menjadi lebih besar. Proses pemasaran produk juga bisa dilakukan melalui cara pemesanan.
b.Harga jual
Adapun harga jual yang ditawarkan cukup bervariasi sesuai dengan ukuran dan kesulitan pembuatannya. Adapun harga yang ditawarkan untuk selendang per produknya adalah Rp 65.000,-

5. Analisis usaha
a. Kapasitas produksi : 40 buah
b. Kebutuhan peralatan investasi


c. Kebutuhan bahan baku
                                    : Rp. 14.600,- / unit
Harga Jual             : Rp. 25.000,- / buah
Penjualan             : 25.000 x 40
                                    : Rp. 1.000.000,-
Keuntungan             : Penjualan – (biaya bahan baku + penyusutan)
            : 1.00.000 – 583.700
            : Rp. 416.300,-



Berdasarkan analisis usaha tersebut di atas, maka usaha ini sangat layak untuk dikembangkan sebab setiap pembiayaan 40 buah, diperoleh keuntungan sebesar 77 %.

BAB 3. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Pelaksanaan program usaha tenun ini terdiri dari dua tahapan yaitu : 
1.Persiapan alat dan bahan
Sebelum melakukan penenunan, langkah awal yang akan kita lakukan adalah memepersiapkan alat dan bahan. Hal itu dilakukan agar dapat memperlancar proses produksi sehingga dapat menyesuaikan selera konsumen. Selain itu kelengkapan alat dan bahan dapat menjadi indikator keberhasilan proses produksi yang berkualitas.
2.Rencana Produksi
Tahapan proses produksi selendang tenun ditunjukkan pada diagram berikut:



Gambar 1. Diagram proses produksi selendang tenung

Keterangan : 
-Perancangan ukuran dan motif
Ukuran seendang yang akan dibuat dirancang terlebih dahuu sesuai dengan kebutuhan atau pesanan masyarakat. Sementera itu motif yang akan akan gunuakan dalam selendang tersebut juga harus dirancang. Motif yang akan digunakan adalah motif bunga atau menuliskan nama pemesan sesuai dengan pesanan yang diinginkan.
-Proses Penenunan
Setelah motif dan ukuran yang akan dibuat jelas, amka langkah selanjutnya adalah pembuatan produk. Proses ini memerlukan kemampuan dan kemahiran serta kehari-hatian dalam pembuatannya agar tidak terjadi kesalahan. Pada proses ini produk akan dibuat sesuai dengna pesanan konsumen.
-Proses Pengemasan
Langkah berikutnya setelah proses penenunan selesai adalah pengemasan. Produk dikemas terlebih dahulu dengan kemasan plastik yang menarik sebelum dipasarkan. 

3.  Rencana Pemasaran
Usaha ini akan dikelolah langsung oleh tim yang telah dibentuk. Proses produksi akan disesuiakan dengan jadwal kuliah dan dari pesanan konsumen. Pengenalan produk/promosi akan dilakukan melalui penyebaran pamphlet brosur, dan katalog. Untuk kelancaran penjualan, akan diadakan katalog dan penjualan secara online melalau facebook. Proses penjualan juga akan dilakukan oleh mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar dan sekaligus sebagai sasaran pemasaran. Produk ini tidak hanya dijual kepada mahasiswa, tetapi juga kepada masyarakat secara umum dan anak-anak. Produk selendang tenun ini akan segera dipasarkan setelah melalui proses pengemasan.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Rincian Biaya
Total biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) adalah sebesar Rp 8.460.000,- (Delapan Juta Empat Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah).
Perincian biaya diberikan dalam tabel berikut:





4.2 Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan kewirausahaan disusun sebagaimana pada tabel berikut.




DAFTAR PUSTAKA
Buwono.2014. http://beritadaerah.co.id/2014/05/13/industri-kain-tenun-sebagai-warisan-budaya bangsa/
Pio.2014.http://blog.indotrading.com/cerminkan-jati-diri-bangsa-tenun-patut-dilestarikan-keberadaannya/

LAMPIRAN
a. Biodata Ketua dan Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana Kegiatan



Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataaan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengajukan Hibah

                                                                                        Makassar, 29 September 2014
  
                                                                                               (Faradillah Fahri) 





UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No.259 Makassar

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Faradillah Fahri
NIM : 10535518212
Program Studi :  Pendidikan Bahasa Ingris
Fakultas : FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa usulan (Isi sesuai dengan bidang PKM) saya dengan judul: “Usaha tenun berdayakan mahasiswa universitas muhammadiyah Makassar sebagai upaya pelestarian warisan budaya bangsa” yang diusulkan untuk tahun anggaran 2015 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara. 
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.